Bukan Curcol!

Selamat malam kawan (buat yang bacanya siang-siang yah, selamat siang, buat yang bacanya pagi-pagi juga selamat pagi). Saya mau nulis tentang hal baru dulu and stop write about the years ago-diary (just for a while), I want to share about my days recently.
Well, banyak hal yang belakangan ini terjadi mulai dari masalah kecil sampe masalah segede batu dengan massa jenis 5000 kg/m3 dan volume 48 m3 (maaf, malah jadi keingetan ukk fisika tadi) ehem *back to the topic*
Seminggu terakhir ini banyak hal yang tumpang tindih di dalem kepala sampe otak rasanya udah ada di bis kota jakarta yang sumpek. Beberapa diantaranya adalah masalah keluarga, teman, sekolah, pelajaran, dan kebiasaan. Okay, kita bahas satu persatu.
Pertama, satu hal yang bener-bener bikin nyesek adalah kakak cewek owe yang ga jadi masuk UPI karena ayah lebih mementingkan kuliah saya nantinya. Sebagian besar orang mungkin heran dengan kata "nyesek" ini.

"loh, bukannya enak ya jadi anak emas? Bisa dimanjain, dikasih apapun yang diinginkan"
"Loh, bagus dong, jadi ntar kamu bisa ngejar cita-cita kamu yang setinggi langit"
"Kan bukan salah kamu juga, kamu gak minta buat jadi anak emas, lagian kan hak kamu buat jadi anak emas karena udah dapet banyak prestasi"
"Kenapa malah ngerasa gak nyaman, aku malah pengen jadi anak emas"

Well, kebanyakan orang bakal mikir kayak diatas kalau denger cerita curhatan saya.
Tapi saya pengen tegasin disini, GAK SELAMANYA JADI ANAK EMAS ITU ENAK!
Terlebih lagi kalau kamu deket sama saudara kamu sendiri. Banyak ditemukan adik kakak yang gak deket dan malahan seringnya berantem, dan tipe peradik-kakak'an ini berharap jadi anak emas. Tapi, buat saya, jadi anak emas itu nyiksa.
Di satu sisi kamu merasa nyaman dengan keadaan kamu yang bener-bener diperhatikan, tapi di sisi lain kamu sadar kalau kamu duduk nyaman diatas ketidaknyamanan saudara kamu sendiri. Walau kadang kakak atau adik kamu gak keberatan disisihkan demi kamu, justru itu yang lebih memberatkan, kerelaan saudara kita menjadi suatu beban karena kita jadinya mengasihani mereka dan membenci diri kita yang terlalu dimanjakan.
Oke, well, that's the first problem on my head.
Masalah ini makin "menyebalkan" karena hakikatnya saya jadi anak emas karena saya dianggap anak yang pinter, genius, dapat diandalkan, berprestasi, membanggakan, de-el-el. Tapi hal ini justru sangat memberatkan karena di sisi lain kita ditekan untuk menjadi yang terbaik dan melakukan apapun supaya saingan-saingan kita kalah dan ujung-ujungnya curang. Padahal saya diajarkan untuk tidak mementingkan hasil tapi yang penting proses. Yang Allah timbang itu prosesnya, bukan hasilnya. Ntar saya mesti jawab apa kalau ditanya "Kenapa kamu mencontek ulangan fisika orang lain?" karena saya yakin Allah gak mungkin nanya "kenapa nilai fisika kamu 4?"

Kedua, masalah teman
Sebenernya sih ini udah selesai dan masalahnya gak gede-gede amat. Ada sangkut pautnya sama masalah sekolah yang bener-bener bikin kepala puyeng.
Saya gak ngerti. Kita ini sekolah buat apa sih? nyari ilmu apa ngehamburin duit?
Katanya prevent terhadap kemungkinan generasi berkembang dalam lingkungan berbudaya korupsi dan money oriented, tapi segala hal berbau pungli dan uang.
Sekolah jadi dasar buat nyari uang karena tanpa pendidikan tinggi kamu gak bisa nyari uang. Udah dapet uang kamu mesti sekolahin anak kamu sendiri biar dia bisa nyari uang juga, terus begitu. Sekolah untuk uang, uang untuk sekolah, ini jadi kayak lingkaran setan gak berujung.
well, disangkutpautin sama masalah saya.
Kenapa harus ada study tour yang "wajib" di kalangan anak sekolah? mahal lagi! dikiranya dapet uang jutaan tuh gampang.
sekedar informasi, temen saya yang alumni sma di padang cerita kalau temen-temennya yang di padang study tour dengan ongkos 4 juta dan itu pun cuman ada 4 bus yang berangkat dan gak ada masalah sama sekali sama yang ikutan. Sekolah yang di padang juga sekolah negeri, rsbi pula, tapi kenapa cuman sekolah saya yang mewajibkan hal yang gak rasional seperti itu?
Ditambah lagi, yang gak ikut mesti bayar uang kontribusi ke sekolah. apa pula itu? (katanya prevent generasi muda dari "korupsi")

Well, di jaman serba semrawut ini, dimana orang-orang yakin kalau hukum manusia yang paling hebat, masalah kecil bisa jadi gede karena ada banyak sambungannya. Masalah yang satu bisa nyambung ke masalah yang lain dan begitu seterusnya.
Ditambah lagi, menjadi hamba Allah yang baik di jaman ini susah. Mau ngehindar dari riba, segala hal disangkutpautin sama bank sampe ada ustad yang bilang kalau riba itu boleh asal bunganya kecil (kecil itu relatif), mau ngehindar dari makanan haram, eh, stempel halal aja masih diragukan, benci sama kaum yahudi, tapi produknya udah merajalela dimana-mana.
Di zaman serba gak teratur ini bener-bener dibutuhkan sistem baru biar semuanya kembali rapi jali, kembali ke fitrah, kembali ke hukum asal, hukum apalagi, ya hukum Allah lah. Ini udah dalam situasi gawat darurat, emergency. Walau sekarang rasanya aman-aman aja, sampe kapan kita yakin amerika ga bakal nyerang kita. yah, ga usah jauh-jauh deh, sampe kapan kita yakin kita bakalan terus hidup. Inget loh, kata nabi, bagi siapa saya kaum muslim yang di pundaknya tidak ada bai'at (kepada khalifah) maka matinya jahiliah.
:o

Best Regards :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WHY ARE YOU PEOPLE SO DAMN ANNOYING?

Bye-bye 2013, bye-bye cita, cinta, dan harapan yang lalu :)

Betapa desperate-nya orang yang menganggap diri mereka bodoh