Dinamisasi Karakteristik Seseorang
Seorang Ustadz pernah berkata, bahwa alasan seseorang berpacaran adalah bertaaruf sebelum menikah, well, banyak yang berpacaran lama (bertahun-tahun) setelah menikah mengatakan bahwa mereka saling menemukan hal baru pada diri pasangan yang belum pernah ia temukan saat masa perkenalan dahulu.
Lalu Ustadz ini berkata bahwasanya taaruf itu bukan saat sebelum menikah, justru setelah menikah adalah proses taaruf yang sebenarnya, karena pada faktanya manusia akan senantiasa berubah sesuai dengan sifat dasarnya manusia yaitu dinamis dan karenanya proses saling mengenal itu akan berlangsung selamanya, seumur hidup, selama hayat masih dikandung badan, selama napas masih berhela.
Aku tidak pernah merasakan pernikahan itu seperti apa karena memang masih single (cie curhat) tapi mungkin hal itu ada benarnya.
Saat aku pertama kali berkenalan dengannya, dia termasuk orang yang tertutup, dia tidak terlalu aktif dalam kegiatan di kampus, agak pendiam (menurutku), misterius dan sangat sopan juga protecting banget. Dia juga perhatian walaupun saat sudah lama bersama dia pun dia masih memiliki sifat perhatian itu.
Setelah dia penempatan di pulau seberang, ada karakteristik-karakteristik baru yang kutemukan, diantaranya adalah dia menjadi lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dulunya dia seperti tidak tertarik, dan agak lebih terbuka, namun sifat-sifat baik sebelumnya masih ada. (Duh, jadi nostalgia) Hehe...
Disitulah kita harus berpikir lebih dinamis mengenai seseorang, untuk tidak langsung menjudge seseorang dalam satu waktu, karena seperti sebuah quote yang pernah aku baca: "Setiap orang suci punya masa lalu, dan setiap pendosa masih punya masa depan"
Aku rasa aku telah salah selama ini karena seringkali tanpa sadar menjudge seseorang dari penampilan luarnya atau kesan pertama aku bertemu atau mungkin karena beberapa karakter ataupun kebiasaannya yang tidak kusukai. Hei, sepertinya aku butuh cermin yang besar untuk menampakkan bahwa diriku sendiri pun tidaklah sempurna, masih banyak cela yang untungnya ditutupi oleh Allah SWT sehingga dihadapan manusia masih dianggap layak untuk bernapas -_____-
Faktanya aku merasa menyesal telah menjudge seseorang hingga mungkin menyakiti perasaannya, mungkin bisa dibilang terlambat untuk meminta maaf setulus-tulusnya, hanya doa terpanjatkan untuk dia yang bisa kulakukan. Semoga, semoga, semoga (isi doanya rahasia) :3
Intinya adalah, kita harus senantiasa bermuhasabah diri dulu sebelum menjudge seseorang, lihatlah apa kita tanpa cela sehingga bisa memandang buruk pada orang lain? Aku pun masih belajar masalah ini karena walaupun selintas perasaan menjudge itu senantiasa ada, hanya masalahnya apa kita akan memelihara sifat itu atau setiap kali tersadar kita langsung mengingatkan diri bahwa yang barusan dilakukan itu adalah penyakit hati yang harus segera dimusnahkan?
Oleh karena itu, mengingat Allah adalah yang terpenting, aku mulai membiasakan diri mengucapkan doa meminta perlindungan dari godaan syaitan dan juga dari penyakit-penyakit hati yang bisa merusak amal (baru-baru ini sih) karena kegalauan waktu kemarin2 agak membuatku tersadar, tertabok sebenarnya, bahwa aku harus lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.
Semoga diistiqomahkan, dan semoga, semoga, semoga, dsb :p
(Ngomong-ngomong isi tulisannya jadi melenceng begini ya -______-)
Intinya adalah, karakter seseorang tidak selalu sama sepanjang waktu, adakalanya ia berubah entah karena pengaruh lingkungan, keluarga, pasangan, atau dari dalam dirinya sendiri, namun perubahan itu harus disikapi bijak, jangan sampai kita langsung menjudge buruk perubahan seseorang. Setiap orang suci punya masa lalu dan setiap pendosa masih punya masa depan. Bisa jadi dibalik loh, setiap orang suci punya masa depan, dan setiap pendosa punya masa lalu :P Ngerti kan? Bisa jadi kita merasa hari ini kita lebih baik daripada seseorang, namun siapa yang tahu apa yang akan terjadi esok hari? Orang yang sok suci masih punya masa depan :3
Lalu Ustadz ini berkata bahwasanya taaruf itu bukan saat sebelum menikah, justru setelah menikah adalah proses taaruf yang sebenarnya, karena pada faktanya manusia akan senantiasa berubah sesuai dengan sifat dasarnya manusia yaitu dinamis dan karenanya proses saling mengenal itu akan berlangsung selamanya, seumur hidup, selama hayat masih dikandung badan, selama napas masih berhela.
Aku tidak pernah merasakan pernikahan itu seperti apa karena memang masih single (cie curhat) tapi mungkin hal itu ada benarnya.
Saat aku pertama kali berkenalan dengannya, dia termasuk orang yang tertutup, dia tidak terlalu aktif dalam kegiatan di kampus, agak pendiam (menurutku), misterius dan sangat sopan juga protecting banget. Dia juga perhatian walaupun saat sudah lama bersama dia pun dia masih memiliki sifat perhatian itu.
Setelah dia penempatan di pulau seberang, ada karakteristik-karakteristik baru yang kutemukan, diantaranya adalah dia menjadi lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dulunya dia seperti tidak tertarik, dan agak lebih terbuka, namun sifat-sifat baik sebelumnya masih ada. (Duh, jadi nostalgia) Hehe...
Disitulah kita harus berpikir lebih dinamis mengenai seseorang, untuk tidak langsung menjudge seseorang dalam satu waktu, karena seperti sebuah quote yang pernah aku baca: "Setiap orang suci punya masa lalu, dan setiap pendosa masih punya masa depan"
Aku rasa aku telah salah selama ini karena seringkali tanpa sadar menjudge seseorang dari penampilan luarnya atau kesan pertama aku bertemu atau mungkin karena beberapa karakter ataupun kebiasaannya yang tidak kusukai. Hei, sepertinya aku butuh cermin yang besar untuk menampakkan bahwa diriku sendiri pun tidaklah sempurna, masih banyak cela yang untungnya ditutupi oleh Allah SWT sehingga dihadapan manusia masih dianggap layak untuk bernapas -_____-
Faktanya aku merasa menyesal telah menjudge seseorang hingga mungkin menyakiti perasaannya, mungkin bisa dibilang terlambat untuk meminta maaf setulus-tulusnya, hanya doa terpanjatkan untuk dia yang bisa kulakukan. Semoga, semoga, semoga (isi doanya rahasia) :3
Intinya adalah, kita harus senantiasa bermuhasabah diri dulu sebelum menjudge seseorang, lihatlah apa kita tanpa cela sehingga bisa memandang buruk pada orang lain? Aku pun masih belajar masalah ini karena walaupun selintas perasaan menjudge itu senantiasa ada, hanya masalahnya apa kita akan memelihara sifat itu atau setiap kali tersadar kita langsung mengingatkan diri bahwa yang barusan dilakukan itu adalah penyakit hati yang harus segera dimusnahkan?
Oleh karena itu, mengingat Allah adalah yang terpenting, aku mulai membiasakan diri mengucapkan doa meminta perlindungan dari godaan syaitan dan juga dari penyakit-penyakit hati yang bisa merusak amal (baru-baru ini sih) karena kegalauan waktu kemarin2 agak membuatku tersadar, tertabok sebenarnya, bahwa aku harus lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.
Semoga diistiqomahkan, dan semoga, semoga, semoga, dsb :p
(Ngomong-ngomong isi tulisannya jadi melenceng begini ya -______-)
Intinya adalah, karakter seseorang tidak selalu sama sepanjang waktu, adakalanya ia berubah entah karena pengaruh lingkungan, keluarga, pasangan, atau dari dalam dirinya sendiri, namun perubahan itu harus disikapi bijak, jangan sampai kita langsung menjudge buruk perubahan seseorang. Setiap orang suci punya masa lalu dan setiap pendosa masih punya masa depan. Bisa jadi dibalik loh, setiap orang suci punya masa depan, dan setiap pendosa punya masa lalu :P Ngerti kan? Bisa jadi kita merasa hari ini kita lebih baik daripada seseorang, namun siapa yang tahu apa yang akan terjadi esok hari? Orang yang sok suci masih punya masa depan :3
Komentar
Posting Komentar
Comment this without any rude words, you break this rule and delete your comment will be necessary
Thanks to understand, enjoy the posts...
Best Regards :)