Kemanakah Kamu Akan Berlari?
Sudah menjadi sifat alami manusia, ketika dia merasakan sakit, dia akan mencari obat yang akan menyembuhkan penyakitnya, atau setidaknya sekedar meringankan rasa sakit yang dideritanya.
Dan juga sudah menjadi sifat khas manusia ketika dia ditimpa permasalahan yang berat, yang dia merasa tak mampu memikulnya, dia akan mencari sosok yang lain untuk ia bagi permasalahannya itu dan kemudian jika bisa mencarikan solusi pula, jika tidak setidaknya berbagi derita pun sudah cukup.
Namun, ketika rasa sakit atau permasalahan berat yang dialami itu tak pula ditemukan obat atau solusinya bagaimana?
Ketika rasa sakit itu bukanlah hal yang dapat disembuhkan dengan obat yang dimasukkan ke dalam tubuh, dan lalu menyerang dan menggerogoti tubuh dari dalam, dari diri sendiri
Lebih jelasnya lagi, bagaimana jika rasa sakit itu diderita oleh hati kita, perasaan kita, mengganggu jiwa dan pikiran kita, mengganggu bagian dari diri kita yang tak nampak, kemana kita harus mencari penawarnya?
Jika permasalahan yang kita alami adalah ketiadaan kebahagiaan dalam hidup, kemana kita harus mencari bahagia itu?
Atau bisa jadi tak ditemukan lagi ketenangan dalam hari-hari kita, kemana kita bisa merasakan damai itu?
Ada sebagian orang yang melampiaskan gundah yang dirasakan kedalam minuman
Ke dalam obat-obatan terlarang
kepada setiap hal yang baginya dapat menggantikan rasa gundah dengan kedamaian
Aku mengalaminya
Dan aku rasa dia mengalaminya
Kami berdua mengalaminya
Lalu kemanakah harus berlari?
Apakah aku harus mengikutinya? Berlari mencari sosok lain yang lalu menggantikan kebiasaan yang pernah dialami, agar kekosongan itu terisi kembali?
Atau kemanakah pelarian yang tepat?
Padahal mushaf itu begitu dekat denganku
Padahal sajadah itu senantiasa terhampar di lantai kamarku
Ah...
Begitu sulitnyakah mencari sesuatu yang ada di depan mata?
Padahal hati ini diciptakan olehNya dan raga ini berasal dariNya
Siapa lagi yang mengetahui diri kita dibandingkan denganNya?
Orang tua?
Kawan dekat?
Lawan jenis yang kita cintai?
Botol-botol minuman yang mulai kosong itu?
Bahkan diri kita sendiri pun belum tentu tahu secara detail mengenai hati dan raga kita
Mencari ketenangan pada yang Maha Melindungi
Mencurahkan isi hati pada yang Maha Mendengarkan
Meminta pertolongan pada yang Maha Mengabulkan
Dan juga sudah menjadi sifat khas manusia ketika dia ditimpa permasalahan yang berat, yang dia merasa tak mampu memikulnya, dia akan mencari sosok yang lain untuk ia bagi permasalahannya itu dan kemudian jika bisa mencarikan solusi pula, jika tidak setidaknya berbagi derita pun sudah cukup.
Namun, ketika rasa sakit atau permasalahan berat yang dialami itu tak pula ditemukan obat atau solusinya bagaimana?
Ketika rasa sakit itu bukanlah hal yang dapat disembuhkan dengan obat yang dimasukkan ke dalam tubuh, dan lalu menyerang dan menggerogoti tubuh dari dalam, dari diri sendiri
Lebih jelasnya lagi, bagaimana jika rasa sakit itu diderita oleh hati kita, perasaan kita, mengganggu jiwa dan pikiran kita, mengganggu bagian dari diri kita yang tak nampak, kemana kita harus mencari penawarnya?
Jika permasalahan yang kita alami adalah ketiadaan kebahagiaan dalam hidup, kemana kita harus mencari bahagia itu?
Atau bisa jadi tak ditemukan lagi ketenangan dalam hari-hari kita, kemana kita bisa merasakan damai itu?
Ada sebagian orang yang melampiaskan gundah yang dirasakan kedalam minuman
Ke dalam obat-obatan terlarang
kepada setiap hal yang baginya dapat menggantikan rasa gundah dengan kedamaian
Aku mengalaminya
Dan aku rasa dia mengalaminya
Kami berdua mengalaminya
Lalu kemanakah harus berlari?
Apakah aku harus mengikutinya? Berlari mencari sosok lain yang lalu menggantikan kebiasaan yang pernah dialami, agar kekosongan itu terisi kembali?
Atau kemanakah pelarian yang tepat?
“Maka berlarilah menuju Allah!” (Adz-Dzariyat: 50)
Padahal mushaf itu begitu dekat denganku
Padahal sajadah itu senantiasa terhampar di lantai kamarku
Ah...
Begitu sulitnyakah mencari sesuatu yang ada di depan mata?
Padahal hati ini diciptakan olehNya dan raga ini berasal dariNya
Siapa lagi yang mengetahui diri kita dibandingkan denganNya?
Orang tua?
Kawan dekat?
Lawan jenis yang kita cintai?
Botol-botol minuman yang mulai kosong itu?
Bahkan diri kita sendiri pun belum tentu tahu secara detail mengenai hati dan raga kita
Mencari ketenangan pada yang Maha Melindungi
Mencurahkan isi hati pada yang Maha Mendengarkan
Meminta pertolongan pada yang Maha Mengabulkan
Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang
dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan
mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Al A’raaf
180)
Komentar
Posting Komentar
Comment this without any rude words, you break this rule and delete your comment will be necessary
Thanks to understand, enjoy the posts...
Best Regards :)